Mangrove
merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki peranan yang
sangat penting, bukan hanya bagi kehidupan manusia tetapi juga bagi
hewan – hewan yang hidupnya bergantung di daerah kawasan mangrove. Karen
banyaknya manfaat yang dapat di ambil dari mangrove, fungsi mangrove
maupun hutan mangrove di bagi menjadi dua, yaitu fungsi ekologis dan
ekonomis. Secara ekologis mangrove berfungsi sebagai tempat ikan mencari
makan, tempat tinggal, tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground),
tempat memijah. Dan manfaatnya bagi kehidupan manusia hutan mangrove
berfungsi sebagai pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut,
pengatur iklim mikro dan sebagai penghadang terjangan ombak besar.
Sedangkan fungsi ekonominya dapat diperoleh dengan memanfaatkan bagian –
bagian dari tumbuhan mangrove. Seperti misalnya batang kayu mangrove
dapat dgunakan sebagai kayu bakar, bahan baku keperluan rumah tangga
maupun industri, selain itu juga buahnya dapat dijadikan tepung untuk
bahan makanan. Juga sebagai daerah pariwisata.
Mangrove
hanya dapat tinggal di daerah pantai yang selalu tergenang air laut
yang pasang surut. Hutan mangrove merupakan vegetasi yang mampu tumbuh
pada pantai yang terlindung. Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove
adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas
komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies
pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh dalam perairan asin. Sedangkan menurut Bengen (2004), hutan
mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang
didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang – surut pantai berlumpur. Lain halnya
dengan Steenis, menurut Steenis (1978) mangrove adalah vegetasi hutan
yang tumbuh diantara garis pasang surut. Menurut Hutabarat dan Evans
(1986) mangrove adalah tumbuhan yang dapat membentuk daratan lumpur
karena mangrove dapat bertahan dari salinitas yang tinggi dan tahan
terhadap rendaman air. Susunan jenis dan kerapatan tegakan pada wilayah
mangrove sangat dipengaruhi oleh susunan kondisi tanah. Pada umumnya
tanah yang terdiri atas liat dan debu terdapat tegakan yang lebih rapat
dibandingkan pada lahan yang konsentrasi liat dan debunya rendah
(Wiaroatmodjo, 1994 dalam Alkaf, 2003). Dalam pertumbuhannya, mangrove
memiliki beberapa faktor lingkungan penting yang harus diperhatikan
diantaranya yaitu salinitas, temperatur, pH, musim, pasang surut air
laut dan saluran air. Selain itu yang memberi pengaruh penting lainnya
yaitu substrat atau sedimen.
Sedimentsi
merupakan proses terbentuknya endapan dari partikel – partikel yang
terbawa oleh air, angin, es maupun gletser. Partikel sedimen ini
biasanya merupakan material yang berasal dari hasil pelapukan batuan dan
pengikisan permukaan bumi. Asal sedimen itu sendiri sebenarnya dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu sedimen Lithogenous (sedimen yang berasal dari daratan), sedimen Biogenous (sedimen
yang berasal dari sisa rangka organisme hidup, terutama hewan yang
memiliki cangkang karbonat dan kalium fosfat), sedimen Hydrogenous (sedimen yang berasal dari lautan yang terbentuk secara perlahan melalui penyerapan mineral ke dasar laut), dan sedimen Cosmogenous (yaitu sedimen yang berasal dari luar angkasa). Ukuran sedimen pun beragam dan mulai dari yang Boulders (yang berukuran > 256 mm) sampai yang berjenis Dissolved material (dengan
ukuran partikel < 0,0005 mm). Sedangkan untuk jenis partikel yang
terendapkan di kawasan hutan mangrove termasuk ke dalam jenis partikel Clay atau lempung yang memiliki ukuran partikel sebesar 0,0005 – 0,002 mm.
Dengan ukuran partikel yang sangat kecil, sedimen ini dapat diangkut dengan cara suspension yang
pada umumnya memang terjadi pada sedimen yang sangat kecil ukurannya
seperti lempung sehingga mampu diangkut oleh aliran air ataupun angin.
Selain dengan cara suspension sedimen juga dapat diangkut dengan cara Bed load
yaitu dengan cara menggelinding, menggeser atau mendorong sedimen satu
dengan yang lainnya. Cara ini hanya terjadi pada jenis partikel sedimen
yang relatif lebih besar seperti pasir, kerikil, dan bongkahan. Cara
lainnya yaitu Saltation yang
berarti meloncat. Biasanya terjadi pada sedimen yang berukuran sedang
seperti pasir, dimana aliran fluida mampu menghisap dan mengangkut
sedimen pasir sampai dapat turun kembali ke dasar akibat adanya gaya
gravitasi. Ukuran partikel
memiliki peranan penting dalam proses pengendapan atau sedimentasi. Hal
ini dapat dilihat dari berat jenis pada partikel pembentuk sedimen,
dimana berat jenis pada partikel yang lebih besar kurang bisa
diangangkut oleh air sehingga akan diendapkan di dekat daratan,
sedangkan partikel yang lebih kecil yang memiliki berat jenis lebih
ringan akan diangkut oleh air sampai bertemu cekungan ataupun turun ke
dasar akibat adanya gravitasi bumi dan membentuk endapan. Pengendapan
partikel tidak hanya bergantung pada ukuran partikel tetapi juga
terhadap arus. Partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat daripada
partikel yang lebih kecil dan arus yang kuat mempertahankan partikel
dalam suspensi lebih lama daripada arus yang lemah. Oleh karena itu,
substrat pada tempat yang arusnya kuat akan menjadi kasar (pasir atau
kerikil), karena hanya partikel besar yang akan mengendap; sedang jika
perairan yang tenang dan arus lemah, lumpur halus akan mengendap.
Estuari
(muara sungai) adalah tempat hidup mangrove, dimana kebanyakan estuari
dipenuhi oleh substrat berlumpur yang sering sekali sangat lunak.
Substrat berlumpur ini berasal dari sedimen yang di bawa ke dalam
estuari baik oleh air laut maupun air tawar. Pengangkutan partikel pasir
yang lebih besar oleh angin ke dalam muara sungai sering kali penting
artinya di beberapa daerah. Sedangkan air tawar, sungai dan kali
mengangkut partikel lumpur dalam bentuk suspensi. Ketika partikel yang
telah tersuspensi bercampur dengan air laut di muara sungai, kehadiran
beberapa ion yang berasal dari air laut menyebabkan partikel partikel
lumpur menggumpal, membentuk partikel yang lebih besar dan lebih berat
serta mengendap membentuk dasar lumpur yang memiliki ciri tertentu.
Peran partikel yang di bawa oleh air laut maupun air tawar terhadap
pembentukan substrat lumpur tidaklah sama dari satu estuari ke estuari
lainnya dan juga bergantung pada letak geografinya (Nybakken, 1992).
Hutan
mangrove dapat menahan gelombang air laut yang tinggi karena memiliki
sistem perakaran yang rumit. Akibat adanya hutan mangrove sebagai
penghalang arus laut sehingga arus yang melewati hutan bakau merupaka
arus lemah. Hal ini menyebabkan sedimen atau substrat ataupun bahan
organik tertahan sehingga tidak dapat kembali ke laut dan yang
terendapkan di kawasan ini merupakan sedimen halus. Menurut Nybakken
(1992) gerakan air yang lambat menyebabkan partikel sedimen yang halus
cenderung mengendap dan berkumpul di dasar. Proses ini dapat
mengakibatkan terjadinya sirkulasi interstitial (yang merupakan
pergantian atau pergerakan organisme yang hidup diantara butiran –
butiran pasir) yang minimal dan banyaknya bakteri yang hidup. Tingginya
bahan organik dan bakteri populasi bakteri di sedimen mengakibatkan
besarnya kebutuhan oksigen di perairan interstitial. Ukuran partikel
sedimen yang halus dapat menghambat pertukaran antara air interstitial
dan kolom air di atasnya, sehingga oksigen akan cepat berkurang. Hal ini
dapat dikatakan sebagai kondisi anoksik sehingga menekan mangrove untuk
beradaptasi dengan memiliki akar yang dangkal atau pneumatofor agar dapat memperoleh oksigen. Walaupun memiliki pneumatofora,
apabila jumlah pengendapan partikel sedimen berlebihan dapat
menyebabkan tertimbunnya atau terkuburnya pneumatofora sehingga pada
akhirnya dapat mematikan pohon mangrove. Walaupun dapat menimbulkan
keadaan anoksik, pembentukan sedimen di kawasan hutan mangrove dapat
mencegah terjadinya erosi pantai sehingga tidak akan ada penurunan garis
pantai.
Keberadaan
sedimen di kawasan hutan mangrove memiliki kandungan nutrien dan bahan
organik yang cukup tinggi. Hal ini dibantu dengan bercampurnya sedimen
yang berasal dari laut yang mengandung banyak mineral dengan serasah
(daun mangrove) yang berguguran. Yang akan teruraikan menjadi bagian
yang lebih kecil dan akan tersuspensi dan dikonsumsi oleh zooplankton.
Sebagian besar massa detritus akan tertahan oleh akar mangrove dan
terekomposisi sehingga mendorong akumulasi bahan organik pada sedimen
hutan mangrove dan akan mempengaruhi kondisi tanah. Hasil dekomposisi
inilah yang kemudian berubah menjadi bahan organik dan dapat menyebabkan
warna tanah menjadi lebih gelap dan lebih stabil (Hardjowigeno, 1992).
Pertumbuhan dan perkembangan hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh
tekstur dan kandungan bahan organik sedimen, yaitu pada daerah yang
ukuran partikel sedimennya lebih halus dan kandungan bahan organik lebih
tinggi, pertumbuhan dan perkembangan hutan mangrovenya lebih bagus.
Unsur – unsur hara yang berperan penting bagi organisme di daerah kawasan hutan mangrove yaitu nitrat (NO3) dan fosfat (PO4),
yang juga sebagai nutrien utama yang menentukan kestabilan pertumbuhan
mangrove. Nitrat pada sedimen biasanya di bawa oleh air tawar yang
berasal dari sungai, yang merupakan pemecahan nitrogen organik dan
anorganik dalam tanah yang berasal dari dekomposisi bahan organik dengan
bantuan mikroba. Menurut Carpenter dan Capone (1983) bahwa pada
ekosistem mangrove, fikasasi nitrogen ditemukan terjadi pada sedimen
meskipun hanya beberapa sentimeter pada bagian atas lapisan sedimen.
Menurut Potts (1984) bahwa fikasasi nitrogen pada sedimen dengan
vegetasi mangrove diatasnya lebih tinggi daripada sedimen tanpa tumbuhan
yang ada di atasnya, hal ini karena perbedaan kandungan detritus yang
ada dalam tanah.
Kandungan
fosfor pada sedimen di kawasan hutan mangrove yang berasal dari laut
biasanya terbentuk dari dekomposisi organisme laut yang sudah mati.
Sedangkan sumber yang berasal dari daratan berasal dari endapar
terestrial yang mengalami erosi ataupun dari pupuk pertanian yang di
bawa oleh aliran sungai. Pada sedimen lempung seperti yang terdapat pada
sedimen di kawasan hutan mangrove diserap oleh sedimen yang
terhidrolisis. Peningkatan ortofosfat sebanding dengan peningkatan
konsentrasi sedimen. Material-material yang tersuspensi juga dapat
membawa fosfat yang terabsorbsi didalamnya ( Stednik, 1991).
Dalam
jangka waktu jutaan tahun yang akan datang keberadaan mineral dalam
sedimen akan memberikan manfaat yang besar. Salah satunya sebagai
penyumbang energi seperti minyak dan gas alam. Selain itu sedimen
mangrove juga apabila ditambang dapat membuat kualitas pasir menjadi
bagus untuk bahan bangunan dan membuat jalan. Oleh karena itu dengan
kita melestarikan keberadaan mangrove di pesisir pantai kita dapat
mencegah terjadinya banjir besar, abrasi pantai ataupun tsunami.
Walaupun keberadaan mangrove mempercepat pembentukan sedimen, tetapi
mangrove dapat menghambat terjadinya abrasi pantai. Bila keberadaan
mangrove dihilangkan maka abrasi pantai akan semakin besar, sehingga
garis pantai akan semakin berkurang. Selain itu sedimen dari daratan
yang di bawa oleh air sungai akan ikut terperangkap di sekitar akar
mangrove dan tidak akan ikut kembali ke sungai. Karena apabila ikut
terbawa kembali ke sungai dan terendapkan di hilir sungai maka akan
terjadi peninggian dasar sungai dan menyebabkan banjir. Maka demi
melindungi habitat manusia dan oranisme lain dan juga mencegah
terjadinya bencana, maka sebaiknya kita harus melestarikan mangrove yang
ada di pesisir. Sebaiknya dilakukan penghijauan kembali daerah pesisir
dengan penanaman mangrove. Keberadaan tambak – tambak liar yang dapat
merusak keberadaan mangrove diberikan tindakan tegas oleh pemerintah.
Selain itu juga banyaknya aktivitas manusia yang dilakukan seperti
pembuangan sampah cair yang dapat menurunkan oksigen terlarut akibat
sampah – sampah cair ini mengalami dekomposisi anaerobik yang
menghasilkan sulfida (H2S) dan amina (NH3). Sampah
padat juga memberikan andil dalam perusakan mangrove. Hal ini terjadi
karena sampah padat menumpuk di hutan mangrove maka akan terjadi
kemungkinan terlapisnya pneumatofor yang
mengakibatkan kematian pohon – pohon mangrove. Kewajiban menjaga
kelestarian hutan mangrove tidak hanya milik masyarakat pesisir tetapi
juga kita sebagai warga negara Indonesia serta mahasiswa yang sadar akan
lingkungan dan sadar akan keselamatan hidup manusia di masa mendatangMangrove |
Jgn lupa daftar sumber refensinya dicantumkan
BalasHapusoh iya oke oke terima kasih sarannya :D
BalasHapus