BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Indonesia yang terdiri dari berbagai
kepulauan yang memiliki Sumber daya alam yang sangat melimpah dan luas dalam
bidang perikanan dan kelautan, dalam pemanfaatannya kegiatan masyarakat yang
melakukan kegiatan dalam bidang perikanan belum terlalu maksimal, mengingat
belum ada potensi dari masyarakat dalam pengolahan Sumber daya Perikanan.
Perikanan merupakan suatu ilmu yang
terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu terapan yang mempelajari segala
sesuatu yang berhubungan dengan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian
sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritime yang mandiri. Karenanya
ilmu perikanan harus di kaji dan dikembangkan baik yang mengenai anatomi,
morfologi ataupun fisiologi (Anonim,2014).
Ikan merupakan hewan air yang
memiliki bentuk, ukuran dan warna yang berbeda tergantung dari spesies dan
dimana dia hidup atau beradaptasi dengan lingkungannya. Ciri pada ikan
berbeda-beda yang biasa disebut ciri morfometrik dan meristik.
Dalam mempelajari sistem rangka
makhluk hidup mempunyai fungsi yang sangat penting selain membentuk tubuh
makhluk hidup, juga melindungi bagian-bagian yang paling penting pada tubuh
makhluk hidup (Mustafa, A. 2011).
Menurut Achjar (1968),
anatomi merupakan suatu kajian tentang organ-organ dalam tubuh ikan, bentuk dan
posisi setiap organ dalam berbeda antara satu jenis ikan dan ikan yang lainnya,
berkaitan dengan bentuk tubuh, pola adaptasi, dan stadia dalam hidupnya. Lebih
lanjut di nyatakan lagi bahwa mempelajari sistem atau organ dalam yang terdapat
pada ikan sangat penting untuk mengetahui lebih mendalam guna mempelajari
kebiasaan dan hal-hal yang berhubungan dengan pembudidayaan, penangkapan dan
pemeliharaan Perlunya mengetahui anatomi dalam adalah untuk dapat mengetahui
bentuk dalam suatu organisme, khusunya ikan dan untuk mengetahui fungsi dari
struktur dalam organisme tersebut.
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis
L.) tergolong sumberdaya perikanan pelagis penting dan merupakan salah satu
komoditi ekspor nir-migas. Ikan cakalang terdapat hampir di seluruh perairan
Indonesia, terutama di Bagian Timur Indonesia.
Kegiatan penangkapan ikan tuna termasuk cakalang telah berkembang di perairan
Indonesia, khususnya perairan timur Indonesia sejak awal tahun 1970-an.
Penangkapan cakalang di Indonesia dilakukan dengan menggunakan huhate (pole
and line), pancing tonda (troll line), pukat cincin (purse seine),
jaring insang, dan payang. Penangkapan cakalang tertinggi terdapat di Sulawesi
Utara dan Sulawesi Selatan dengan menggunakan huhate dan pancing tonda.
Peningkatan produksi ikan cakalang di perairan masih dapat ditingkatkan,
apabila operasi penangkapannya dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan
efisien. Salah satu caranya ialah dengan mengetahui musim tangkap ikan,
sehingga dapat dilakukan persiapan yang lebih baik untuk melakukan operasi
penangkapan yang lebih terarah.
Ikan Cakalang bernilai ekonomis
tinggi. Dikatakan demikian karena spesies ikan ini digunakan sebagai bahan baku
oleh berbagai jenis industri pengolahan seperti cakalang fufu, ikan kayu, ikan
kaleng, abon cakalang, dan masih banyak lagi. Ikan cakalang juga tercatat
sebagai komoditi ekspor baik dalam bentuk segar, beku maupun olahan. Dari
kegiatan produk olahan yang menggunakan ikan cakalang sebagai bahan baku. Untuk
mengolah berbagai produk tersebut memerlukan pula investasi untuk membangun
kapal, pabrik pengolahan, pabrik es, gudang beku dan lembaga pemasaran. Ikan
cakalang adalah nama dagang lokal daerah. Untuk wilayah pasar yang lebih luas
dipakai skipjack tuna sebagai nama dagang internasional. Nama ini diambil dari
bahasa Inggris, sedangkan nama ilmiah di sebut Katsuwonus pelamis di
ambil dari bahasa Jepang yang artinya ikan keras.
Seperti halnya dengan sumberdaya perikanan laut
lainnya sumberdaya perikanan cakalang dapat pulih kembali (renewable)
namun demikian perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam pengelolaan
agar pengusahaan dan potensinya tetap lestari. Cakalang mempunyai kemampuan
bergerak sangat cepat dan dapat beruaya jauh, bahkan menyeberangi lautan antar
lintas negara. Hal ini menimbulkan penambahan dan pengurangan sediaan disuatu
perairan yang berperan penting dalam sediaan lokal pada saat musim penangkapan
di suatu daerah penangkapan. Seberapa jauh pengetahuan tentang ruaya dan
pengelolaan sumberdaya ini tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, akan tetapi
membutuhkan kerjasama antar negara yang berbatasan dan mempunyai kepentingan
yang sama. Perlu ditegaskan bahwa data statistik yang akurat mutlak perlu bagi
terlaksananya pengkajian stok, karena kenyataannya masih banyak hambatan
untuk memperoleh data sekunder yang terpercaya dan lengkap dilapangan
sehingga menyulitkan pengkajiannya.
Kelemahan yang masih menjadi kendala
bagi pengembangan industri antara lain pendugaan potensi sumberdaya yang dapat
dieksplorasi belum didukung teknologi yang memadai, dan sistem informasi dan
basis data belum akurat. Dalam semangat mengoptimalkan eksplorasi sumberdaya,
pencapaian target produksi sering dilakukan dengan menerapkan teknologi yang
tidak berwawasan lingkungan sehingga merusak kelestarian lingkungan dan
sumberdaya. Dominasi usaha penangkapan oleh nelayan tradisional di wilayah
pantai menyebabkan gejala padat tangkap.
1.2 Tujuan
1.
Morfologi Ikan
Tujuan :
Praktikum ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui
morfologi ikan.
2.
Pengukuran Morfometrik Ikan
Tujuan : Praktikum ini sangat
bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui
metode atau cara menghitung
berbagai ukan ikan yang digunakan dalam
identifikasi dan klasifikasi
ikan.
3. Sistem
Integumen
Tujuan : Praktikum ini sangat bermanfaat
bagi mahasiswa untuk mengamati
struktur penutup tubuh ikan,
kulit dan derivatn-derivatnya, seperti sisik, jari-
jari sirip, lender, scute, keel
dan kelenjar racun.
4. Sistem Pencernaan,
Pernapasan, dan Peredaran Darah
Tujuan : Praktikum ini sangat bermanfaat bagi
mahasiswa untuk mengamati
sistem pencernaan,pernafasan,dan
peredaran darah pada beberapa jenis ikan.
1.3 Manfaat
- Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa
diharapkan dapat mengenal
morfologi ikan, dan letak posisi bagian luar
tubuh ikan secara in situ.
- Setelah
melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
metode atau cara menghitung berbagai ukuran
ikan sebagai referensi dalam
identifikasi dan kuantifikasi ikan.
- Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mengetahui struktur penutup
tubuh ikan, kulit dan derivat-derivatnya, seperti sisik, jari-jari
sirip, lendir,
scute, keel dan kelenjar
racun.
- Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat mengamati letak
bagian-
bagian alat yang digunakan dalam proses pernafasan yang meliputi insang
serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya erdapat
pada
beberapa jenis ikan tertentu.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Klasifikasi Ikan Cakalang
1. Cakalang
Klasifikasi cakalang menurut Rajabnadia (2009) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Class : Teleostoi
Ordo :
Perciformes
Famili :
Scombridae
Genus : Katsuwonus
Species : K. Pelamis
2.2 Marfologi Jenis Ikan
Cakalang
Morfologi pada ikan cakalang (K.
pelamis). Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae,
species Katsuwonus pelamis. Collete (1983) menjelaskan ciri-ciri
morfologi cakalang yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak
bulat, tapis insang (gill rakers) berjumlah 53- 63 pada helai
pertama. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang
pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung
kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada pendek, terdapat dua flops diantara
sirip perut. Sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik
kecuali pada barut badan (corselets) dan lateral line terdapat
titiktitik kecil. Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) disisi bawah
dan 6 perut keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang
memanjang pada bagian samping badan.
2.3 Anatomi
Ikan Cakalang
Tubuh berukuran besar, berbentuk fusiform (lebar di bagian tengah dengan
ujung-ujung menyempit). Memiliki 2 sirip dorsal/punggung dan 2 sirip perut. Di
belakang sirip punggung dan sirip perut terdapat sederetan sirip-sirip kecil
yang disebut finlet berjumlah 7-10 finlet. Tubuhnya tertutup oleh sisik yang
sangat kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya. Sisik
berukuran besar juga ada namun jarang nampak. Tanda sisik besar membentuk
semacam lingkaran pada bagian belakang kepala. Hati tuna beberapa kali lebih
besar daripada hati ikan lainnya dan lebih mirip dengan hati mamalia
2.4 Taksonomi Ikan Cakalang
Cakalang adalah ikan pelagis yang
merupakan perenang cepat (good swimmer) dan mempunyai sifat rakus (varancious).
Ikan ini melakukan migrasi jarak jauh dan hidup bergerombol dalam ukuran besar.
Bentuk tubuhnya digolongkan dalam bentuk torpedo, yaitu badan fusiform, bagian
kepala sangat tebal, ramping dan kuat kearah ekor dan sedikit pipih pada bagian
samping. Penangkpan ikan cakalang dapat dilakukan dengan pole and line, hand and
line dan tonda (Ayodya,1981).
BAB III
METODE
PRATIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Adapun kegiatan pratikum Ikhtiologi di laksanakan pada
hari kamis 21 April 2015, pukul 16:00 WITA bertempat di Kolam Budidaya Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan
digunakan dalam kegiatan pratikum adalah sebagai berikut :
Adapun alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum
Ikhtiologi ini meliputi:
1. Alat
1. Alat
No
|
Alat
|
Fungsi
|
1
|
Tissu kering
|
Digunakan untuk mengeringan tubuh ikan, agar
mudah dalam melakukan pembedahan dan perhitungan sisik
|
2
|
Tissu basah
|
Di gunakan untuk membersihkan alat dari kotoran
berupa darah ikan pada saat membedah
|
3
|
kaca pembesar
|
Digunakan untuk membantu dalam melihat hal-hal yang
kecil seperti menghitung jumlah sisik dan sirip ikan
|
4
|
Talenan
|
Digunakan untuk meletakan ikan yang akan di bedah
|
5
|
Ember
|
Digunakan untuk meletakan ikan sebelum dan sesudah
dibedah
|
6
|
Pisau/Cutter
|
Digunakan untuk membeda ikan
|
7
|
Penggaris
|
Digunakan untuk mengukur panjang dan lebar ikan
|
8
|
Pinset
|
Digunakan dalam melakukan perhitungan sisik, sirip
dan dll
|
2. Bahan
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Ikan cakalang
|
Bahan yang akan di bedah
|
2
|
Air
|
Media yang digunakan untuk meletak ikan agar tetap
segar sampai pada saat pembedahan
|
3.3 Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan ikan
yang akan diamati dan dihitung bagian-bagian
2.
Menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan
3.
Menententukan bagian-bagian bentuk
tubuh, bentuk mulut, posisi mulut dapat disembulkan/tidak, memiliki
sungut/tidak, bentuk-bentuk sirip seperti sirip punggung (D), perut (P), ekor
(E), sirip anal/dubur (A) dan sirip dada (V), serta operculum
4.
Menghitung jumlah
dari karakter tertentu bagian tubuh ikan seperti panjang total, baku, kepala,
predorsal, batang ekor dan lain sebagainya.
5.
Menghitung
jumlah jari-jari sirip lemah dan keras beserta penulisan rumusnya, jumlah
sisik, jumlah tapis insang dengan jumlah finlet
6.
Mengamati bagian-bagian luar yang membungkus tubuh
ikan (tipe sisik, warna kulit, organ cahaya dan lendir serta kelenjar racun)
7.
Mengamati bagian
lambung dan usus lalu mengukur panjang usus dan membandingkan dengan panjang
tubuh (panjang total).
8.
Ambil insang dan
filamen-filamennya, jantung dan amati strukturnya lalu digambar
9.
Menentukan tipe
organ pencernaan dan jumlah lembar insang
10. Semua hasil data yang didapatkan disalin ke lembar
kerja Mahasiswa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Gambar 1. Morfologi Ikan
Keterangan :
Tabel 1. Morfologi Ikan
PARAMETER
|
IKAN TONGKOL
|
|
Bentuk tubuh
|
Fusiform
|
|
Bentuk mulut
|
Dapat di sembulkan
|
|
Posisi mulut
|
Terminal
|
|
Mulut disembulkan (dapat/tidak)
|
Dapat di sembulkan
|
|
Bentuk sirip ekor
|
Bercagak
|
|
Posisi sirip V terhadap P
|
Sejajar
|
|
Tipe Sirip D (tunggal/ganda)
|
Ganda
|
|
Kelengkapan LL
|
Ada
|
|
Sirip V (ada/tidak)
|
Ada
|
|
Ciri Khusus
|
Sirip D dan A berwarna kuning (Finlet)
|
|
Operkulum
|
Ada
|
|
Preoperkulum
|
Ada
|
|
Sirip P (ada/tidak)
|
Ada
|
Kegiatan II
v
Pratikum Ikhtiologi mengenai
morfometrik dan meristik ikan bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dan
menghitung jumlah dari karakter tertentu bagian tubuh ikan.
Tabel 2. Ciri Morfometrik ikan
No
|
BAGIAN TUBUH YANG DIUKUR
|
JENIS IKAN
|
PRESENTASE
|
|
1
|
Panjang total
|
33 cm
|
100%
|
|
2
|
Panjang baku
|
29 cm
|
87,90%
|
|
3
|
Panjang kepala
|
8 cm
|
24,24%
|
|
4
|
Panjang predorsal
|
9 cm
|
27,27%
|
|
5
|
Panjang batang ekor
|
4 cm
|
12,12%
|
|
6
|
Tinggi badan
|
6,5 cm
|
14,70%
|
|
7
|
Tinggi batang ekor
|
0,7 cm
|
2,12%
|
|
8
|
Tinggi kepala
|
5 cm
|
15,15%
|
|
9
|
Lebar kepala
|
5 cm
|
15,15%
|
|
10
|
Lebar badan
|
4,8 cm
|
14,54%
|
|
11
|
Panjang hidung
|
2 cm
|
6,06%
|
|
12
|
Panjang kepala di belakang mata
|
4,5 cm
|
13,63%
|
|
13
|
Lebar ruang antar mata
|
2,8 cm
|
8,48%
|
|
14
|
Diameter mata
|
1,5 cm
|
4,54%
|
|
15
|
Panjang rahang atas
|
3,3 cm
|
10%
|
|
16
|
Panjang rahang bawah
|
3,5 cm
|
10,60%
|
|
17
|
Lebar bukaan mulut
|
2,2 cm
|
6,70%
|
|
18
|
Tinggi di bawah mata
|
1 cm
|
3,03%
|
|
19
|
Panjang dasar sirip punggung
|
10 cm
|
30,30%
|
|
20
|
Panjang dasar sirip anal
|
2,5 cm
|
7,60%
|
|
21
|
Tinggi sirip punggung
|
2,8 cm
|
8,48%
|
|
22
|
Panjang sirip dada
|
7,2 cm
|
21,81%
|
|
23
|
Panjang sirip perut
|
3 cm
|
9,09%
|
Rumus proporsi B/A X 100 %
Keterangan : A.
Panjang total tubuh
B. Panjang bagian tubuh yang
diukur
Tabel 3. Lembar kerja
ciri meristik
No
|
Parameter
|
Jenis Ikan
|
1
|
Jari-jari sirip keras :
|
|
Sirip D
|
D1.V D2.VII
|
|
Sirip C
|
C1.VII C2.VII
|
|
Sirip A
|
A.V
|
|
Sirip P
|
P1.VIII P2.VIII
|
|
Sirip V
|
V1.VI V2.V1
|
|
2
|
Jari-jari sirip lemah :
|
|
Sirip D
|
D1.8 D2.8
|
|
Sirip C
|
C1.9 C2.9
|
|
Sirip A
|
A.7
|
|
Sirip P
|
P1.27 P2.27
|
|
Sirip V
|
V1.4 V2.4
|
|
3
|
Perumusan Sirip :
|
|
Sirip D
|
D1.V.8 D2.VII.8
|
|
Sirip C
|
C1VII.9 C2.VII.9
|
|
Sirip A
|
A.V.7
|
|
Sirip P
|
P1.VIII.27 P2.VIII.27
|
|
Sirip V
|
V1.VI.4 V2.VI.4
|
|
4
|
Jumlah sisik :
|
|
Pada LL
|
27
|
|
Di bawah LL
|
40
|
|
Di atas LL
|
39
|
|
5
|
Jumlah sisik predorsal
|
11
|
6
|
Jumlah sisik pipi
|
9
|
7
|
Jumlah sisik keliling badan
|
160
|
8
|
Jumlah sisik batang ekor
|
-
|
9
|
Jumlah tapis insang :
|
|
Bagian bawah
|
27 x 8 = 216
|
|
Bagian atas
|
56 x 8 = 468
|
|
10
|
Jumlah finlet
|
14
|
Kegiatan III
v Praktikum Ikhtiologi mengenai sistem integumen bertujuan
untuk mengenal system yang berhubungan dengan derivate kulit dan warna pada
ikan. (Tipe sisik, warna kulit, organ cahaya, dan lendir, serta kelenjar racun)
Gambar 2. Tipe Sisik badan ikan
Keterangan : Ctenoid
Kegiatan IV
v Praktikum ini bertujuan untuk mengamati organ yang
berhubungan dengan sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah.
Cara Kerja :
Setelah
ikan cakalang tersebut dibedah kemudian diamati bagian lambung dan usus lalu
mengukur panjang usus dan membandingkan dengan panjang tubuh (panjang total).
Setelah itu mengambil insang dan filamen-filamennya, jantung dan mengamati
strukturnya dan menggambarnya pada lembar kerja
Gambar 4. Lambung dan usus ikan dan organ-organ
lainnya
Keterangan
Tabel 4. Lembar kerja sistem pencernaan ikan
Tipe organ pencernaan
|
Panjang
|
Rasio
|
|||
Gigi
|
Lambung
|
Usus
|
Tubuh(A)
|
Usus(B)
|
B/A x 100%
|
Viliform
|
Karnivora
|
Karnivora
|
33
|
9,30%
|
3,07%
|
Gambar 5. Insang Ikan
Keterangan :
Tabel 5. Lembar kerja sistem pernafasan
Jumlah lembar insang
|
Jumlah filamen insang
|
||
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Kiri
|
4
|
4
|
2024
|
2024
|
4.2 Pembahasan
4.2.1
Morfologi ikan cakalang
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
mempunyai bentuk tubuh menyerupai torpedo. Bentuk yang demikian sangat
mempengaruhi kecepatan renang dari ikan cakalang sebagai ikan pelagis. Cakalang
mempunyai dua sirip punggung, yaitu sirip punggung yag terletak di dekat
anterior dan sirip punggung yang terletak di bagian posteriornya. Sisik ikan
cakalang hanya ada pada bagian punggungnya, namun jumlahnya sangat sedikit dan
hampir tidak tampak jika tidak diperhatikan secara seksama.
Tempat hidup ikan sangat
mempengaruhi bentuk morfologi tubuhnya. Hal ini disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan kebiasaan dari ikan tersebut. Pada ikan-ikan pelagis (ikan yang
hidup di daerah permukaan perairan), bentuk tubuhnya cenderung lebih lonjong
dan bulat daripada bentuk tubuh ikan yang hidupnya di bagian dasar perairan
(ikan komersal). Ikan pelagis lebih lonjong karena untuk memudahkannya dalam
melakukan pergerakan, utamanya berpengaruh pada kecepatan renangnya.
4.2.2
Pengukuran Morfometrik
Bentuk dan ukuran dari setiap jenis
ikan berbeda-beda. Perbedaan ini biasa digunakan
dalam proses pengklasifikasian dan penggolongan suatu jenis ikan. Untuk dapat
mengetahui perbedaan ukuran tubuh setiap jenis ikan, tentu dilakukan pengukuran
untuk mendapatkan data mengenai ukuran tubuh ikan tersebut. Dalam Rajabnadia
(2009) dijelaskan bahwa Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang
diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode
pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau
bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor.
Pada pengamatan yang dilakukan dalam
praktikum ini, bagian-bagian tubuh ikan yang diukur yaitu panjang total tubuh
ikan, panjang baku, tinggi badan, panjang batang ekor, tinggi batang ekor,
tinggi sirip punggung atau dubur, panjang jari-jari sirip, panjang jari-jari
sirip dada yang terpanjang, panjang kepala, lebar kepala, dan lebar pembukaan
mulut ikan tersebut.
Pengukuran yang dilakukan pada ikan
cakalang (Katsuworis pelamis), diperoleh data yaitu panjang total : 33
cm, panjang baku : 29 cm, tinggi badan : 6,5 cm, panjang batang ekor : 7 cm, tinggi
batang ekor : 0,7 cm, tinggi sirip punggung atau dubur : 2,8 cm, panjang
predorsal : 9 cm, lebar badan : 4,8 cm, panjang bagian kepala di belakang mata
: 4,5 cm , panjang kepala : 8 cm, lebar kepala : 5 cm, lebar pembukaan mulutnya
: 2,2 cm, tinggi di bawah mata : 1 cm, panjang dasar sirip anal : 2,5 cm, dan
panjang sirip perut : 3 cm.
4.2.3 Sistem Integumen
Ikan merupakan organisme vertebrata
yang hidup di perairan, baik di perairan terlindung maupun pada perairan
terbuka. Dalam mempelajari tentang ikan , ada yang dikenal sebagai ilmu
morfologi ikan dan sistem integumen pada ikan yaitu mempelajari ikan dari bagian
luar seperti dengan melihat dan mengamati ikan secara langsung baik berupa
bentuk tubuh maupun bentuk mulut serta bentuk sisiknya, sistem integumen pada
ikan yakni mencakup bentuk ekor dan sirip serta bagaimana hubungan dari
bentuk-bentuk tersebut dengan interaksinya dengan dunia luar (Dwijosaputera,
1994).
Pada bagian luar tubuh ikan terdapat
kulit serta derifat-derifatnya yang berfungsi untuk membungkus dan melindungi
bagian dalam tubuh ikan, yang dikenal dengan istilah sistem integumen. Pada
sistem integumen terdapat beberapa bagian yang penting bagi ikan, misalnya
adanya kelenjar racun pada sebagian jenis ikan tertentu, adanya kelenjar warna
yang berfungsi untuk memberi warna pada tubuh ikan.
4.2.4 Meristik ikan cakalang
Menurut Affandi et al. (1992), karakter meristik pada ikan
bertulang sejati, terdiri dari jari-jari sirip keras yang tidak beruas, tidak
mudah dibengkokkan, dan jari-jari lemah yang bersifat transparan, beruas dan
mudah dibengkokkan. Jari-jari keras dilambangkan dengan angka romawi walupun
jari-jari tersebut pendek atau rudimeter, sedangkan jari-jari lemah
dilambangkan dengan angka biasa. Jari-jari sirip lemah umumnya
bercabang-cabang. Pada penghitungan jumlah jari-jari sirip, biasanya yang
digambarkan hanya jumlah pangkal jari-jari yang nyata terlihat,sedangkan untuk
penghitungan jumlah jari-jari tidak bercabang, satu jari-jari tidak bercabang
harus dianggap sebagai jari-jari bercabang, yaitu jari-jari lemah yang secara
morfologis mengeras. Pada sirip punggung dan sirip dubur, dua jari-jari yang
terakhir dihitung sebagai satu jari-jari pokok. Perumusan pada sirip ekor menggambarkan
jumlah jari-jari pokok. Pada ikan yang sirip ekornya memiliki jari-jari
bercabang, jumlah jari-jari sirip ini ditentukan sebanyak jumlah jari-jari bercabang
tambah satu.
4.2.5 Sistem pernapasan
Pernafasan adalah proses pertukaran
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) antara organisme
dengan lingkungannya atau proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbon
dioksida dalam suatu oreganisme. Alat pernafasan pada ikan secara umum adalah
insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat
pernafasan paru-paru selalu menggunakan insang (Rajabnadia, 2009).
Bagaian-bagian pokok insang pada
ikan ada tiga yaitu meliputi daun insang (gill filament), tulang lenkung insang
(gill arch), dan tapis insang (gill racker). Filament insang adalah bagian yang
mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk mengikat oksigen yang
terlarut dalam air pada proses pernafasan. Tulang lengkung insang mempunyai
saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk dari insang, dan
merupakan tempat melekatnya daun insang dan tapis insang. Tapis insang terletak
pada bagian yang terdepan, yang pada jenis ikan herbivora pemakan plankton
(plankton feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan relatif panjang dan
rapat dibandingkan dengan jenis ikan karnivora. Sesuai pendapat Rajabnadia
(2009) bahwa insang ikan herbivora tapis insangnya dapat digunakan untuk
menyaring makanan (plankton feeder).
4.2.6 Sistem Pencernaan.
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui cara fisik dan kimia,
sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian
diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Saluran
pencernaan terdiri dari banyak organ, antara lain:
a.
Hati
b.
Empedu
c.
Pankreas
d.
Lambung
e.
Esofagus (kerongkongan)
f.
Mulut / rongga mulut,
g.
Usus
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini serta pembahasan
di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum,
morfologi ikan dapat dibagi tiga yaitu bagian kepala, badan, dan ekor.
2. Pengukuran
morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain
tanpa melalui lengkungan badan.
3. Sistem
integumen merupakan sistem yang membungkus permukaan tubuh
bagian luar
ikan
4. Proses
pernafasan pada ikan merupakan proses pertukaran O2 dan CO2
antara ikan
dengan lingkungannya yang terjadi di dalam paru-paru.
5. Cakalang
memiliki ciri-ciri morfologi tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan
agak bulat, tapis insang (gill rakers) berjumlah 53- 63 pada
helai pertama
6. Cakalang adalah ikan pelagis yang merupakan perenang cepat (good swimmer)
dan mempunyai sifat rakus (varancious) dan melakukan migrasi jarak jauh serta hidup bergerombol dalam ukuran besar
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan praktikum ikhtiologi pada ikan, saran dapat di
sampaikan yaitu untuk mempelajari bentuk luar tubuh pada ikan cakalang (K.
pelamis), dapat dilakukan dengan mengukur bagian-bagian tertentu dari
struktur tubuh ikan menggunakan alat ukur seperti penggaris dengan satuan sentimeter
(cm), tergantung dari keinginan kita, untuk memperoleh ukuran yang lebih
teliti, sebaiknya kita menggunakan jangka sorong (caliper) untuk mendapatkan
pengukuran yang lebih baik.
FYI space besar yang ada di laporan ini , itu gambar tulis tangan , semoga bermanfaat!
refernsi : http://bmcbopal.blogspot.co.id/2015/02/laporan-ikhtiologi.html
http://gianmsp.blogspot.co.id/
Play Live Casino Site & Slot Machines | Lucky Club
BalasHapusPlay Live Casino with up to date list of live casino games! Live Roulette is an exciting and fun luckyclub option for you to enjoy, but the casino game has a long