Rabu, 04 November 2015

Laporan Praktikum Ikhtiologi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Indonesia yang terdiri dari berbagai kepulauan yang memiliki Sumber daya alam yang sangat melimpah dan luas dalam bidang perikanan dan kelautan, dalam pemanfaatannya kegiatan masyarakat yang melakukan kegiatan dalam bidang perikanan belum terlalu maksimal, mengingat belum ada potensi dari masyarakat dalam pengolahan Sumber daya Perikanan.
Perikanan merupakan suatu ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu terapan yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritime yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus di kaji dan dikembangkan baik yang mengenai anatomi, morfologi ataupun fisiologi (Anonim,2014).
Ikan merupakan hewan air yang memiliki bentuk, ukuran dan warna yang berbeda tergantung dari spesies dan dimana dia hidup atau beradaptasi dengan lingkungannya. Ciri pada ikan berbeda-beda yang biasa disebut ciri morfometrik dan meristik.
Dalam mempelajari sistem rangka makhluk hidup mempunyai fungsi yang sangat penting selain membentuk tubuh makhluk hidup, juga melindungi bagian-bagian yang paling penting pada tubuh makhluk hidup (Mustafa, A. 2011).
Menurut Achjar (1968), anatomi merupakan suatu kajian tentang organ-organ dalam tubuh ikan, bentuk dan posisi setiap organ dalam berbeda antara satu jenis ikan dan ikan yang lainnya, berkaitan dengan bentuk tubuh, pola adaptasi, dan stadia dalam hidupnya. Lebih lanjut di nyatakan lagi bahwa mempelajari sistem atau organ dalam yang terdapat pada ikan sangat penting untuk mengetahui lebih mendalam guna mempelajari kebiasaan dan hal-hal yang berhubungan dengan pembudidayaan, penangkapan dan pemeliharaan Perlunya mengetahui anatomi dalam adalah untuk dapat mengetahui bentuk dalam suatu organisme, khusunya ikan dan untuk mengetahui fungsi dari struktur dalam organisme tersebut.
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L.) tergolong sumberdaya perikanan pelagis penting dan merupakan salah satu komoditi ekspor nir-migas. Ikan cakalang terdapat hampir di seluruh perairan Indonesia, terutama di Bagian Timur Indonesia. Kegiatan penangkapan ikan tuna termasuk cakalang telah berkembang di perairan Indonesia, khususnya perairan timur Indonesia sejak awal tahun 1970-an. Penangkapan cakalang di Indonesia dilakukan dengan menggunakan huhate (pole and line), pancing tonda (troll line), pukat cincin (purse seine), jaring insang, dan payang. Penangkapan cakalang tertinggi terdapat di Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan dengan menggunakan huhate dan pancing tonda. Peningkatan produksi ikan cakalang di perairan masih dapat ditingkatkan, apabila operasi penangkapannya dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Salah satu caranya ialah dengan mengetahui musim tangkap ikan, sehingga dapat dilakukan persiapan yang lebih baik untuk melakukan operasi penangkapan yang lebih terarah.
Ikan Cakalang bernilai ekonomis tinggi. Dikatakan demikian karena spesies ikan ini digunakan sebagai bahan baku oleh berbagai jenis industri pengolahan seperti cakalang fufu, ikan kayu, ikan kaleng, abon cakalang, dan masih banyak lagi. Ikan cakalang juga tercatat sebagai komoditi ekspor baik dalam bentuk segar, beku maupun olahan. Dari kegiatan produk olahan yang menggunakan ikan cakalang sebagai bahan baku. Untuk mengolah berbagai produk tersebut memerlukan pula investasi untuk membangun kapal, pabrik pengolahan, pabrik es, gudang beku dan lembaga pemasaran. Ikan cakalang adalah nama dagang lokal daerah. Untuk wilayah pasar yang lebih luas dipakai skipjack tuna sebagai nama dagang internasional. Nama ini diambil dari bahasa Inggris, sedangkan nama ilmiah di sebut Katsuwonus pelamis di ambil dari bahasa Jepang yang artinya ikan keras.
Seperti halnya dengan sumberdaya perikanan laut lainnya sumberdaya perikanan cakalang dapat pulih kembali (renewable) namun demikian perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam pengelolaan agar pengusahaan dan potensinya tetap lestari. Cakalang mempunyai kemampuan bergerak sangat cepat dan dapat beruaya jauh, bahkan menyeberangi lautan antar lintas negara. Hal ini menimbulkan penambahan dan pengurangan sediaan disuatu perairan yang berperan penting dalam sediaan lokal pada saat musim penangkapan di suatu daerah penangkapan. Seberapa jauh pengetahuan tentang ruaya dan pengelolaan sumberdaya ini tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, akan tetapi membutuhkan kerjasama antar negara yang berbatasan dan mempunyai kepentingan yang sama. Perlu ditegaskan bahwa data statistik yang akurat mutlak perlu bagi terlaksananya pengkajian stok, karena kenyataannya masih banyak hambatan untuk  memperoleh data sekunder yang terpercaya dan lengkap dilapangan sehingga menyulitkan pengkajiannya.
Kelemahan yang masih menjadi kendala bagi pengembangan industri antara lain pendugaan potensi sumberdaya yang dapat dieksplorasi belum didukung teknologi yang memadai, dan sistem informasi dan basis data belum akurat. Dalam semangat mengoptimalkan eksplorasi sumberdaya, pencapaian target produksi sering dilakukan dengan menerapkan teknologi yang tidak berwawasan lingkungan sehingga merusak kelestarian lingkungan dan sumberdaya. Dominasi usaha penangkapan oleh nelayan tradisional di wilayah pantai menyebabkan gejala padat tangkap.
1.2 Tujuan
     1. Morfologi Ikan
        Tujuan : Praktikum ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui
         morfologi ikan.
     2. Pengukuran Morfometrik Ikan
                Tujuan : Praktikum ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui
                 metode atau cara menghitung berbagai ukan ikan yang digunakan dalam    
                 identifikasi dan klasifikasi ikan.
     3. Sistem Integumen
                Tujuan : Praktikum ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengamati   
                struktur penutup tubuh ikan, kulit dan derivatn-derivatnya, seperti sisik, jari-
                jari sirip, lender, scute, keel dan kelenjar racun.
    4. Sistem Pencernaan, Pernapasan, dan Peredaran Darah
               Tujuan : Praktikum ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengamati
               sistem pencernaan,pernafasan,dan peredaran darah pada beberapa jenis ikan.

1.3 Manfaat
   - Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengenal
     morfologi ikan, dan letak posisi bagian luar tubuh ikan secara in situ.
   - Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
     metode atau cara menghitung berbagai ukuran ikan sebagai referensi dalam
      identifikasi dan kuantifikasi ikan.
   - Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mengetahui struktur penutup
      tubuh ikan, kulit dan derivat-derivatnya, seperti sisik, jari-jari sirip, lendir,
      scute, keel dan kelenjar     
      racun.
   - Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat mengamati letak bagian-  
      bagian alat yang digunakan dalam proses pernafasan yang meliputi insang
      serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya erdapat pada 
      beberapa jenis ikan tertentu.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Cakalang
1. Cakalang
Klasifikasi cakalang menurut Rajabnadia (2009) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Class : Teleostoi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Species : K. Pelamis

2.2  Marfologi Jenis Ikan Cakalang
Morfologi pada ikan cakalang (K. pelamis). Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae, species Katsuwonus pelamis. Collete (1983) menjelaskan ciri-ciri morfologi cakalang yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang (gill rakers) berjumlah 53- 63 pada helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada pendek, terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan (corselets) dan lateral line terdapat titiktitik kecil. Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) disisi bawah dan 6 perut keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian samping badan.

2.3 Anatomi Ikan Cakalang
            Tubuh berukuran besar, berbentuk fusiform (lebar di bagian tengah dengan ujung-ujung menyempit). Memiliki 2 sirip dorsal/punggung dan 2 sirip perut. Di belakang sirip punggung dan sirip perut terdapat sederetan sirip-sirip kecil yang disebut finlet berjumlah 7-10 finlet. Tubuhnya tertutup oleh sisik yang sangat kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya. Sisik berukuran besar juga ada namun jarang nampak. Tanda sisik besar membentuk semacam lingkaran pada bagian belakang kepala. Hati tuna beberapa kali lebih besar daripada hati ikan lainnya dan lebih mirip dengan hati mamalia

2.4 Taksonomi Ikan Cakalang
Cakalang adalah ikan pelagis yang merupakan perenang cepat (good swimmer) dan mempunyai sifat rakus (varancious). Ikan ini melakukan migrasi jarak jauh dan hidup bergerombol dalam ukuran besar. Bentuk tubuhnya digolongkan dalam bentuk torpedo, yaitu badan fusiform, bagian kepala sangat tebal, ramping dan kuat kearah ekor dan sedikit pipih pada bagian samping. Penangkpan ikan cakalang dapat dilakukan dengan pole and line, hand and line dan tonda (Ayodya,1981).
















BAB III
METODE PRATIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat
Adapun kegiatan pratikum Ikhtiologi di laksanakan pada hari kamis 21 April 2015, pukul 16:00 WITA bertempat di Kolam Budidaya Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo.

3.2 Alat Dan Bahan
                Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pratikum adalah sebagai berikut :
Adapun alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi ini meliputi:
1.    Alat
No
Alat
Fungsi
1
Tissu kering
Digunakan untuk  mengeringan tubuh ikan, agar mudah dalam melakukan pembedahan dan perhitungan sisik
2
Tissu basah
Di gunakan untuk membersihkan alat dari kotoran berupa darah ikan pada saat membedah
3
kaca  pembesar
Digunakan untuk membantu dalam melihat hal-hal yang kecil seperti menghitung jumlah sisik dan sirip ikan
4
Talenan
Digunakan untuk meletakan ikan yang akan di bedah
5
Ember
Digunakan untuk meletakan ikan sebelum dan sesudah dibedah
6
Pisau/Cutter
Digunakan untuk membeda ikan
7
Penggaris
Digunakan untuk mengukur panjang dan lebar ikan
8
Pinset
Digunakan dalam melakukan perhitungan sisik, sirip dan dll

2.    Bahan
No
Bahan
Fungsi
1
Ikan cakalang
Bahan yang akan di bedah
2
Air
Media yang digunakan untuk meletak ikan agar tetap segar sampai pada saat pembedahan

3.3 Prosedur Kerja
1.      Menyiapkan ikan yang akan diamati dan dihitung bagian-bagian   
2.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3.      Menententukan bagian-bagian bentuk tubuh, bentuk mulut, posisi mulut dapat disembulkan/tidak, memiliki sungut/tidak, bentuk-bentuk sirip seperti sirip punggung (D), perut (P), ekor (E), sirip anal/dubur (A) dan sirip dada (V), serta operculum
4.      Menghitung jumlah dari karakter tertentu bagian tubuh ikan seperti panjang total, baku, kepala, predorsal, batang ekor dan lain sebagainya.
5.      Menghitung jumlah jari-jari sirip lemah dan keras beserta penulisan rumusnya, jumlah sisik, jumlah tapis insang dengan jumlah finlet
6.      Mengamati bagian-bagian luar yang membungkus tubuh ikan (tipe sisik, warna kulit, organ cahaya dan lendir serta kelenjar racun)
7.      Mengamati bagian lambung dan usus lalu mengukur panjang usus dan membandingkan dengan panjang tubuh (panjang total).
8.      Ambil insang dan filamen-filamennya, jantung dan amati strukturnya lalu digambar
9.      Menentukan tipe organ pencernaan dan jumlah lembar insang
10.  Semua hasil data yang didapatkan disalin ke lembar kerja Mahasiswa


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 1. Morfologi Ikan








Keterangan :

Tabel 1. Morfologi Ikan
PARAMETER
IKAN TONGKOL


Bentuk tubuh
Fusiform

Bentuk mulut
Dapat di sembulkan

Posisi mulut
Terminal

Mulut disembulkan (dapat/tidak)
Dapat di sembulkan

Bentuk sirip ekor
Bercagak

Posisi sirip V terhadap P
Sejajar

Tipe Sirip D (tunggal/ganda)
Ganda

Kelengkapan LL
Ada

Sirip V (ada/tidak)
Ada

Ciri Khusus
Sirip D dan A berwarna kuning (Finlet)

Operkulum
Ada

Preoperkulum
Ada

Sirip P (ada/tidak)
Ada


Kegiatan II
v  Pratikum Ikhtiologi mengenai morfometrik dan meristik ikan bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dan menghitung jumlah dari karakter tertentu bagian tubuh ikan.

Tabel 2. Ciri Morfometrik ikan
No
BAGIAN TUBUH YANG DIUKUR
JENIS IKAN
PRESENTASE


1
Panjang total
33 cm
100%

2
Panjang baku
29 cm
87,90%

3
Panjang kepala
8 cm
24,24%

4
Panjang predorsal
9 cm
27,27%

5
Panjang batang ekor
4 cm
12,12%

6
Tinggi badan
6,5 cm
14,70%

7
Tinggi batang ekor
0,7 cm
2,12%

8
Tinggi kepala
5 cm
15,15%

9
Lebar kepala
5 cm
15,15%

10
Lebar badan
4,8 cm
14,54%

11
Panjang hidung
2 cm
6,06%

12
Panjang kepala di belakang mata
4,5 cm
13,63%

13
Lebar ruang antar mata
2,8 cm
8,48%

14
Diameter mata
1,5 cm
4,54%

15
Panjang rahang atas
3,3 cm
10%

16
Panjang rahang bawah
3,5 cm
10,60%

17
Lebar bukaan mulut
2,2 cm
6,70%

18
Tinggi di bawah mata
1 cm
3,03%

19
Panjang dasar sirip punggung
10 cm
30,30%

20
Panjang dasar sirip anal
2,5 cm
7,60%

21
Tinggi sirip punggung
2,8 cm
8,48%

22
Panjang sirip dada
7,2 cm
21,81%

23
Panjang sirip perut
3 cm
9,09%


Rumus proporsi B/A X 100 %
Keterangan : A. Panjang total tubuh
  

                   B. Panjang bagian tubuh yang diukur
Tabel 3. Lembar kerja ciri meristik
No
Parameter
Jenis Ikan
1
Jari-jari sirip keras :
Sirip D
D1.V                   D2.VII
Sirip C
C1.VII                C2.VII
Sirip A
A.V
Sirip P
P1.VIII               P2.VIII
Sirip V
V1.VI                  V2.V1
2
Jari-jari sirip lemah :
Sirip D
D1.8                   D2.8
Sirip C
C1.9                   C2.9
Sirip A
A.7
Sirip P
P1.27                 P2.27
Sirip V
V1.4                   V2.4
3
Perumusan Sirip :

Sirip D
D1.V.8              D2.VII.8
Sirip C
C1VII.9             C2.VII.9
Sirip A
A.V.7
Sirip P
P1.VIII.27        P2.VIII.27
Sirip V
V1.VI.4             V2.VI.4
4
Jumlah sisik :
Pada LL
27
Di bawah LL
40
Di atas LL
39
5
Jumlah sisik predorsal
11
6
Jumlah sisik pipi
9
7
Jumlah sisik keliling badan
160
8
Jumlah sisik batang ekor
 -
9
Jumlah tapis insang :
Bagian bawah
27 x 8 = 216
Bagian atas
56 x 8 = 468
10
Jumlah finlet
14

Kegiatan III
v  Praktikum Ikhtiologi mengenai sistem integumen bertujuan untuk mengenal system yang berhubungan dengan derivate kulit dan warna pada ikan. (Tipe sisik, warna kulit, organ cahaya, dan lendir, serta kelenjar racun)
Gambar 2. Tipe Sisik badan ikan







Keterangan : Ctenoid
Kegiatan IV
v  Praktikum ini bertujuan untuk mengamati organ yang berhubungan dengan sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah.
Cara Kerja :
      Setelah ikan cakalang tersebut dibedah kemudian diamati bagian lambung dan usus lalu mengukur panjang usus dan membandingkan dengan panjang tubuh (panjang total). Setelah itu mengambil insang dan filamen-filamennya, jantung dan mengamati strukturnya dan menggambarnya pada lembar kerja
Gambar 4. Lambung dan usus ikan dan organ-organ lainnya





Keterangan
Tabel 4. Lembar kerja sistem pencernaan ikan
Tipe organ pencernaan
Panjang
Rasio
Gigi
Lambung
Usus
Tubuh(A)
Usus(B)
B/A x 100%
Viliform
Karnivora
Karnivora
33
9,30%
3,07%

Gambar 5. Insang Ikan





Keterangan :
Tabel 5. Lembar kerja sistem pernafasan
Jumlah lembar insang
Jumlah filamen insang
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
4
4
2024
2024

4.2 Pembahasan
      4.2.1 Morfologi ikan cakalang
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) mempunyai bentuk tubuh menyerupai torpedo. Bentuk yang demikian sangat mempengaruhi kecepatan renang dari ikan cakalang sebagai ikan pelagis. Cakalang mempunyai dua sirip punggung, yaitu sirip punggung yag terletak di dekat anterior dan sirip punggung yang terletak di bagian posteriornya. Sisik ikan cakalang hanya ada pada bagian punggungnya, namun jumlahnya sangat sedikit dan hampir tidak tampak jika tidak diperhatikan secara seksama.
Tempat hidup ikan sangat mempengaruhi bentuk morfologi tubuhnya. Hal ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebiasaan dari ikan tersebut. Pada ikan-ikan pelagis (ikan yang hidup di daerah permukaan perairan), bentuk tubuhnya cenderung lebih lonjong dan bulat daripada bentuk tubuh ikan yang hidupnya di bagian dasar perairan (ikan komersal). Ikan pelagis lebih lonjong karena untuk memudahkannya dalam melakukan pergerakan, utamanya berpengaruh pada kecepatan renangnya.


      4.2.2 Pengukuran Morfometrik
Bentuk dan ukuran dari setiap jenis ikan berbeda-beda. Perbedaan ini biasa  digunakan dalam proses pengklasifikasian dan penggolongan suatu jenis ikan. Untuk dapat mengetahui perbedaan ukuran tubuh setiap jenis ikan, tentu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan data mengenai ukuran tubuh ikan tersebut. Dalam Rajabnadia (2009) dijelaskan bahwa Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor.
Pada pengamatan yang dilakukan dalam praktikum ini, bagian-bagian tubuh ikan yang diukur yaitu panjang total tubuh ikan, panjang baku, tinggi badan, panjang batang ekor, tinggi batang ekor, tinggi sirip punggung atau dubur, panjang jari-jari sirip, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang kepala, lebar kepala, dan lebar pembukaan mulut ikan tersebut.
Pengukuran yang dilakukan pada ikan cakalang (Katsuworis pelamis), diperoleh data yaitu panjang total : 33 cm, panjang baku : 29 cm, tinggi badan : 6,5 cm, panjang batang ekor : 7 cm, tinggi batang ekor : 0,7 cm, tinggi sirip punggung atau dubur : 2,8 cm, panjang predorsal : 9 cm, lebar badan : 4,8 cm, panjang bagian kepala di belakang mata : 4,5 cm , panjang kepala : 8 cm, lebar kepala : 5 cm, lebar pembukaan mulutnya : 2,2 cm, tinggi di bawah mata : 1 cm, panjang dasar sirip anal : 2,5 cm, dan panjang sirip perut : 3 cm.

4.2.3 Sistem Integumen
Ikan merupakan organisme vertebrata yang hidup di perairan, baik di perairan terlindung maupun pada perairan terbuka. Dalam mempelajari tentang ikan , ada yang dikenal sebagai ilmu morfologi ikan dan sistem integumen pada ikan yaitu mempelajari ikan dari bagian luar seperti dengan melihat dan mengamati ikan secara langsung baik berupa bentuk tubuh maupun bentuk mulut serta bentuk sisiknya, sistem integumen pada ikan yakni mencakup bentuk ekor dan sirip serta bagaimana hubungan dari bentuk-bentuk tersebut dengan interaksinya dengan dunia luar (Dwijosaputera, 1994).
Pada bagian luar tubuh ikan terdapat kulit serta derifat-derifatnya yang berfungsi untuk membungkus dan melindungi bagian dalam tubuh ikan, yang dikenal dengan istilah sistem integumen. Pada sistem integumen terdapat beberapa bagian yang penting bagi ikan, misalnya adanya kelenjar racun pada sebagian jenis ikan tertentu, adanya kelenjar warna yang berfungsi untuk memberi warna pada tubuh ikan.
4.2.4 Meristik ikan cakalang
            Menurut Affandi et al. (1992), karakter meristik pada ikan bertulang sejati, terdiri dari jari-jari sirip keras yang tidak beruas, tidak mudah dibengkokkan, dan jari-jari lemah yang bersifat transparan, beruas dan mudah dibengkokkan. Jari-jari keras dilambangkan dengan angka romawi walupun jari-jari tersebut pendek atau rudimeter, sedangkan jari-jari lemah dilambangkan dengan angka biasa. Jari-jari sirip lemah umumnya bercabang-cabang. Pada penghitungan jumlah jari-jari sirip, biasanya yang digambarkan hanya jumlah pangkal jari-jari yang nyata terlihat,sedangkan untuk penghitungan jumlah jari-jari tidak bercabang, satu jari-jari tidak bercabang harus dianggap sebagai jari-jari bercabang, yaitu jari-jari lemah yang secara morfologis mengeras. Pada sirip punggung dan sirip dubur, dua jari-jari yang terakhir dihitung sebagai satu jari-jari pokok. Perumusan pada sirip ekor menggambarkan jumlah jari-jari pokok. Pada ikan yang sirip ekornya memiliki jari-jari bercabang, jumlah jari-jari sirip ini ditentukan sebanyak jumlah jari-jari bercabang tambah satu.

4.2.5 Sistem pernapasan
Pernafasan adalah proses pertukaran oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) antara organisme dengan lingkungannya atau proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida dalam suatu oreganisme. Alat pernafasan pada ikan secara umum adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernafasan paru-paru selalu menggunakan insang (Rajabnadia, 2009).
Bagaian-bagian pokok insang pada ikan ada tiga yaitu meliputi daun insang (gill filament), tulang lenkung insang (gill arch), dan tapis insang (gill racker). Filament insang adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk mengikat oksigen yang terlarut dalam air pada proses pernafasan. Tulang lengkung insang mempunyai saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk dari insang, dan merupakan tempat melekatnya daun insang dan tapis insang. Tapis insang terletak pada bagian yang terdepan, yang pada jenis ikan herbivora pemakan plankton (plankton feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan relatif panjang dan rapat dibandingkan dengan jenis ikan karnivora. Sesuai pendapat Rajabnadia (2009) bahwa insang ikan herbivora tapis insangnya dapat digunakan untuk menyaring makanan (plankton feeder).


4.2.6   Sistem Pencernaan.
                  Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Saluran pencernaan terdiri dari banyak organ, antara lain:
a.        Hati
b.       Empedu
c.        Pankreas
d.       Lambung
e.       Esofagus (kerongkongan)
f.       Mulut / rongga mulut,
g.      Usus




BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini serta pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Secara umum, morfologi ikan dapat dibagi tiga yaitu bagian kepala, badan, dan ekor.
2.      Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.
3.      Sistem integumen merupakan sistem yang membungkus permukaan tubuh
bagian luar ikan
4.      Proses pernafasan pada ikan merupakan proses pertukaran O2 dan CO2
antara ikan dengan lingkungannya yang terjadi di dalam paru-paru.
5.      Cakalang memiliki ciri-ciri morfologi tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang (gill rakers) berjumlah 53- 63 pada helai pertama
6.      Cakalang adalah ikan pelagis yang merupakan perenang cepat (good swimmer) dan mempunyai sifat rakus (varancious) dan melakukan migrasi jarak jauh serta hidup bergerombol dalam ukuran besar

5.2    Saran
            Berdasarkan hasil pembahasan praktikum ikhtiologi pada ikan, saran dapat di sampaikan yaitu untuk mempelajari bentuk luar tubuh pada ikan cakalang (K. pelamis), dapat dilakukan dengan mengukur  bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan menggunakan alat ukur seperti penggaris dengan satuan sentimeter (cm), tergantung dari keinginan kita, untuk memperoleh ukuran yang lebih teliti, sebaiknya kita menggunakan jangka sorong (caliper) untuk mendapatkan pengukuran yang lebih baik.

FYI space besar yang ada di laporan ini , itu gambar tulis tangan , semoga bermanfaat!
refernsi : http://bmcbopal.blogspot.co.id/2015/02/laporan-ikhtiologi.html
http://gianmsp.blogspot.co.id/



1 komentar:

  1. Play Live Casino Site & Slot Machines | Lucky Club
    Play Live Casino with up to date list of live casino games! Live Roulette is an exciting and fun luckyclub option for you to enjoy, but the casino game has a long

    BalasHapus