BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya
alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sumber air tersebut ada yang
diperoleh dari air tanah, mata air, air sungai, danau, dan air laut. Sumber air
di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air dimana tenaga matahari merupakan
sumber panas yang mampu menguapkan air. Air baik yang berada didarat maupun d
laut akan menguapa oleh panas matahari. Uap kemudian naik berkumpul menjadi
awan. Awan mengalami kondensasi dan pendinginan akan membentuk titik-titik air
dan akhirnya akan menjadi hujan. Air hujan jatuh ke bumi sebagian mengalir
meresap kedalam tanah menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir melalui
saluran yang disebut air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danau/rawa dan sebagian
lagi kembali ke laut.
Sumber air adalah wadah air
yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian
ini mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Sumber Daya Air
dikelola berdasarkan asas kelestarian, kesimbangan, kemanfaat umum, keterpaduan
dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas
Menurut UU.No 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa,
Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau,
dan mengevaluasi pelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya rusak air. Secara umum, Pengelolaan Sumber Daya
Air meliputi ; perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengkoordinasian,
pengendalian, pengawasan, penganggaran dan keuangan.
Pengeloaan Sumber Daya Air
juga dapat didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan
non-struktural, untuk mengendalikan system sumber daya air alam dan buatan
manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan. Tindakan-tindakan
struktur (structural measure) untuk
pengelolaan air adalah fasilitas-fasilitas terbangun (constructed facilities) yang digunakan untuk mengendalikan aliran
air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Tindakan-tindakan non-struktural
(non-structual measure) untuk pengelolaan air adalah program-program atau
aktifitas-aktifitas yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas terbangun. (Grigg, 1996)
Pengelolaan kualitas air
adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang diinginkan sesuai
fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisis
alamiahnya. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
Tindakan-tindakan pengelolaan
dalam upaya pengaturan kualitas air menurut Brooks
dkk, (1994), dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu : pengaturan, fiscal, dan pengelolaan serta investasi public
secara langsung. Dalam pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kualitas air
meliputi zooning, regulasi, peraturan-peraturan spesifik tentang air dan tanah,
pengendalian, perijinan, larangan dan lisensi. Untuk kategori fiscal meliputi
harga, pajak, subsidi, denda, dan bantuan. Sedangkan yang masuk dalam kategori
pengelolaan dan investasi publik antara lain bantuan teknis, riset, pendidikan
dan pengelolaan tanah dan air, instansi dan infrstuktur.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembelajaran
Manajemen Kualitas Air ini adalah untuk mengetahui parameter - parameter yang ada
untuk mengukur suatu kualitas pada perairan serta membandingkan berbagai
parameter perairan utamanya kimia dan fisika untuk keperluan analisis dalam
manajemen kualitas air dan mempelajari pencemaran yang ada pada perairan dan
hubungannya dengan tingkat pertumbuhan manusia.
1.3 Maksud
Maksud dari pembelajaran Manajemen Kualitas Air adalah untuk mengetahui
kualitas yang baik pada perairan dan parameter-parameter yang berperan pada
suatu perairan baik fisika, kimia, dan biologi sehingga memungkinkan organisme
yang hidup didalamnya bisa terus tumbuh dan berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manajemen Kualitas Air
Air merupakan media internal dan
eksternal bagi organisme di perairan. Dalam dunia budidaya, kualias air
didefinisikan sebagai kesesuaian air untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan
organisme perairan. Pengelolaan kualitas air dimaksudkan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kualitas air agar layak bagi kehidupan organisme yang
dibudidayakan.
Kualitas air adalah kondisi
kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter
tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003).
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini
meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Masduqi,2009).
Menurut
Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,
fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air
adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
Jadi,
Manajemen kualitas air adalah Suatu usaha untuk menjaga kondisi air tetap dalam
kondisi baik untuk budidaya ikan dengan memperhatikan faktor fisik, kimia dan
biologinya.
Fisika
meliputi : Suhu, Cahaya, Kecerahan, Warna air, Kekeruhan, Padatan tersuspensi,
Kimia meliputi : pH, DO (oksigen terlarut), amonia, CO2 dan Nitrogen, dan Biologi
meliputi:
Plankton dan bakteri
2.2 Konsep
Kualitas Air
Identifikasi kualitas air dengan
melakukan pengukuran dan analisis kualitas air dapat dilakukan dengan pemahaman
yang baik pada konsep dasar fisika tentang resistivitas dan konduktivitas,
serta konsep dasar kimia tentang larutan asam, basa, garam, larutan buffer, dan
hidrolisis garam. Korelasi nilai hambatan dengan kualitas air menggunakan
konsep sifat air sangat murni (ultrapure water) yang dikembangkan oleh
Bevilacqua.
Nilai resistivitas atau nilai hambatan
adalah nilai kemampuan air untuk menghambat arus listrik sedangkan nilai
konduktivitas atau nilai hantaran adalah nilai kemampuan air untuk
menghantarkan arus listrik. Nilai resistivitas dan nilai konduktivitas
merupakan nilai yang saling berbanding terbalik dimana makin besar nilai
resistivitas, makin kecil nilai konduktivitas, dan sebaliknya makin kecil nilai
resistivitas, makin besar nilai konduktivitas. Nilai resistivitas maupun
konduktivitas sangat dipengaruhi oleh
kandungan ion-ion yang terlarut dalam air. Ion-ion yang terlarut dalam air memberikan pengaruh pada sifat kimia air apakah air
bersifat masam, basis, atau netral. Menurut Arrhenius, senyawa asam merupakan
senyawa yang melepas ion H+ saat terjadi ionisasi sedangkansenyawa basa adalah senyawa yang melepas ion OH- saat terjadi ionisasi.
Berdasarkan pemahaman tersebut maka air
menurut Arrhenius memiliki sifat dualisme yaitu bersifat asam maupun basa
karena saat terjadi ionisasi, air melepas ion H+ dan OH-. Menggunakan konsep Arrhenius tersebut dan konsep air sangat
murni (ultrapure water) maka air memiliki dua potensi yang seimbang untuk
menjadi asam maupun basa. Karena dua potensi yang seimbang tersebut maka
masing-masing ion memiliki nilai beda potensial yang sama. Air sangat murni
yang diteliti oleh Bevilacqua masih memiliki nilai hambatan, walau hambatan
nilai air sangat murni besar sekali namun air sangat murni tersebut untuk
kajian kajian mendalam tentang sifat-sifat semi konduktor belum dapat dianggap
memiliki hambatan yang tak hingga. Mengacu pada konsep air sangat murni maka
semakin besar nilai resistivitas akan menunjukkan kemurnian air yang semakin
tinggi sedangkan semakin kecil nilai resistivitas akan menunjukkan tingkat
kemurnian air yang semakin rendah. Berdasarkan penelitian Anthony C Bevilacqua,
penyebab
ketidakmurnian air dunia pada umumnya adalah adanya
campuran dari tiga macam senayawa yaitu HCl untuk senyawa asam, NaOH untuk
senyawa basa, dan NaCl untuk senyawa garam. Pendekatan secara fisika untuk menduga
kandungan kimia air dapat dilakukan melalui penggunaan konsep asam-basa
Bronsted-Lowry. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry adalah konsep asam-basa yang
digunakan pada ilmu kimia modern dimana konsep ini juga memberikan penjelasan
tentang dua sifat netral air yang dapat berasa asin maupun berasa tawar. Sifat
air yang diukur dengan parameter pH untuk sifat air dapat berarti bahwa air
tersebut murni tidak mengadung zat asam-basa atau pun tidak murni yaitu air
dapat mengandung asam, basa, ataupun keduanya. Menurut Bronsted-Lowry, Asam
merupakan senyawa yang melepaskan ion H+ sedangkan basa adalah senyawa yang menangkap ion H+. Senyawa asam yang melepas ion H+ disebut
dengan basa konjugasi sedangkan senyawa basa yang menangkap ion H+ disebut asam
konjugasi. Baik asam maupun basa memiliki sifat elektrolit yang berbeda-beda.
Asam atau basa yang menghantarkan listrik dengan baik disebut dengan asam atau
basa kuat sedangkan asam atau basa yang menghantarkan listrik dengan lemah disebut
asam atau basa lemah. Air yang mengandung senyawa asam dan basa sekaligus akan
memiliki sifat-sifat yang berbeda yang
bergantung pada kekuatan asam atau basa yang terlarut. Air yang mengandung
senyawa asam kuat dan basa kuat akan memiliki sifat netral dengan rasa yang
asin. Air yang mengandung senyawa asam kuat dan basa lemah akan memiliki sifat
masam dengan rasa asam. Air yang mengandung senyawa basa kuat dan asam lemah
akan memiliki sifat basis dengan rasa basa. Air yang mengandung senyawa asam lemah
dan basa lemah akan memiliki sifat dan rasa yang dikontrol oleh dominasi
kekuatan asam atau basa yang terlarut. Pengukuran pH, nilai hambatan, dan
analisis lingkungan perairan akan dapat digunakan untuk menganalisis
kemungkinan kandungan kimia pada air.
2.3
Parameter Baku Mutu
Dalam
kasus-kasus pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau maupun waduk, seringkali
diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi baku mutu. Atau
sebaliknya, pada kasus pencemaran lainnya yang mendapat protes dari masyarakat
sehubungan dengan adanya limbah industri, ditanggapi dengan dalih bahwa nilai
BOD dan COD perairan masih memenuhi baku mutu. Dalam salah satu harian (Kompas
edisi Senin, 12 Desember 1994) juga terdapat suatu berita dengan judul
“Sebaiknya, parameter BOD dan COD tak dipakai penentu baku mutu limbah” yang
kurang lebih merupakan pendapat dari salah satu pakar bioremediasi lingkungan
dari Universitas Sriwijaya, Palembang. Menurut pakar tersebut, dalam banyak
kasus kesimpulan yang hanya didasarkan pada hasil analisis BOD dan COD (juga
pH) belum merupakan jawaban ada tidaknya pencemaran lingkungan oleh suatu
industri. Di sisi lain, BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu
berbagai air limbah industri selain beberapa parameter kunci lainnya. Nampaknya
terdapat persepsi pada sementara kalangan yang menempatkan BOD dan COD agak berlebihan
dari yang seharusnya. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini akan
dikaji apa itu sebenarnya BOD dan COD, bagaimana cara atau prinsip
pengukurannya, dan apakah memang sebaiknya tidak dipakai sebagai penentu baku
mutu air limbah.
Pengertian BOD dan COD
BOD atau
Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk
mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan
Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa
bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap
terdekomposisi (readily decomposable organic matter). Mays (1996) mengartikan
BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba
yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik
yang dapat diurai. Dari pengertianpengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun
nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan
sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang
ada di perairan.
Sedangkan COD
atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini
karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan
oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator
perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam
bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan
teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan
gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja
nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
2.3.1 Parameter Kualitas Air
a. Parameter
Fisika
1) Kecerahan
Kecerahan
adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada
suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya
matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut
Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam
air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai
kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dengan mengetahui
kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang
tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau
keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang
budidaya.
2) Suhu
Menurut
Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam
pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja
untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan
kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk
pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi
meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan disini adalah curah
hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi
matahari.
Suhu
mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme
baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut.
Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara
umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan
kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu
sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).
3) Kekeruhan
Kekeruhan air dapat dianggap sebagai
indikator kemampuan air dalam meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah
cahaya tersebut kemudian disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil
tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam
badan air, dan demikian semakin besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk
melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007).
4) Kepadatan (density/berat jenis)
Pada suhu 4 oC-(3,95oC
) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum yaitu 1 (satu), sehingga kalau
suhu air naik, lebih tinggi dari 4oC kepadatan/berat jenisnya akan
turun, demikian juga kalau suhunyanlebih rendah dari 4oC. Sifat air
yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air padandanau
atau perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan suhu air
makin rendah disbanding pada permukaan air. Akan tetapi bila air membeku jadi
es, es tersebut akan terapung. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan
pergolakan/perpindahan massa air dalam perairan tersebut, baik secara vertikal
maupun horizontal. Sifat air ini mengakibatkan pada perairan didaerah yang
beriklim dingin yang membeku perairannya hanya pada bagian atasnya saja
sedangkan pada bagian bawahnya masih berupa cairan sehingga kehidupan organisme
akuatik masih tetap berlangsung. Selain itu keuntungan adanya gerakan air ini
dapat mendistribusikan/ menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan, sebagai
sumber mineral bagi fitoplankton dan fitoplankton sebagai makanan ikan maupun
hewan air lainnya.
Dasar perairan adalah merupakan
akumulasi pengendapan mineral-mineral yang merupakan persediaan “nutrient” yang
akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup (yang pada umumnya tinggal didaerah
permukaan air karena mendapatkan sinar matahari yang cukup). Pada perairan yang
oligotrof (cukup banyak mengandung mineral), aliran vertikal tidak banyak
membawa keberuntungan, justru sebaliknya dapat mengendapkan mineral-mineral
yang datang dari tempat lain kedasar perairan, mineral-mineral tersebut akan di
absorbsi oleh dasar perairan .Sedangkan kerugian adanya aliran air ini adalah
terutama aliran air yang vertikal sering menimbulkan “upwalling” pada
danau-danau, sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara masal. Hal
ini disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-zat beracun
dari dasar perairan akan naik kepermukaan air.
5) Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari
total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian salinitas yang sangat
mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal
ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam
air setelah menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh
chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Pengertian salinitas yang
lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000 gr air
contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na,
Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain.
Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut
dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah
satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk
perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau biasanya berkisar
antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.
b. Parameter
Kimia
1) pH
Menurut
Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion
hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan
OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak
banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH.
Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah
PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan
bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki
potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
pH
air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad
renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan
budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan oksigan
terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas
naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana
basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air
dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan
Andi,2009).
2) Oksigan
Terlarut / DO
Mnurut
Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin
tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer
dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut.
Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan
bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi
dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga
terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.
Oksigen
yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air
tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota akan
terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek,
yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang
terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).
3) CO2
Karbondioksida
(Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun
tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan
karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandungannya
yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu secara langsung bagi
biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan Andi,2009).
Meskipun
presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi keberadaan
karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida memiliki
kelarutan yang relatif banyak.
4) Amonia
Makin
tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab sebagian
besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih
beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat
bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
Menurut
Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi amonia
oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan
bisa diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan-
protein ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :
Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) =
(1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan : NPU : Net
protein Utilization /penggunaan protein netto
Protein
: protein dalam pakan
6,25
: Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.
5) Nitrat
nitrogen
Menurut
Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae memanfaatkan senyawa
tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen yang berasal dari senyawa
nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang
terdapat dalam perairan konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya
ada faktor yang mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu
permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.
Menurut
Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak terpolusi
sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada kolam
yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga mengandung
bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah 1mg/liter
pada perairan yang tidak polutan. Dan pada perairan yang planktonya blooming
dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.
6)
Orthophospat
Menurut
Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia bagi tanaman,
tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan pasti.
Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang
biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat
ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi orthophospat yang
terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari setelah
perlakuan.
Menurut
Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi yang erat hubungannya
dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu
perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama
halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan,
secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup
diperairan tersebut.
C. Parameter
Biologi
Parameter biologi dari kualitas air
yang biasa dilakukan pengukuran untuk kegiatan budidaya ikan adalah tentang
kelimpahan plankton, benthos dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di
perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya.
a) Plankton
Plankton sebagai organisme perairan
tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama
mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap perubahan
lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll)
baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan. Berdasarkan ukurannya,
plankton dapatdibedakan sebagai berikut :
1. Macroplankton
(masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan mikroskop).
2. Netplankton
atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata netnya
0,03 – 0,04 mm).
3. Nannoplankton
atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).
Berdasarkan tempat hidupnya dan
daerah penyebarannya, plankton dapat merupakan :
1. Limnoplankton
(plankton air tawar/danau)
2. Haliplankton
(hidup dalam airmasin)
3. Hypalmyroplankton
(khusus hidup di air payau)
4. Heleoplankton
(khusus hidup dalam kolam-kolam)
5. Petamoplankton
atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai)
b) Bakteri
Sudjarwo, (2007) Pada ekosistem
perairan alami bakteri memiliki peran sebagai reduktor/dekomposer yang
mengontrol proses komponen organik misalnya polimer protein atau karbohidrat
menjadi senyawa yang lebih sederhana, secara umum bakteri berdasarakan cara mendapatkan
oksigen dibagi menjadi dua yaitu bakteri aerob dan anaerob. Kelompok aerob
memerlukan oksigen bebas dalam mengoksidasi nutrien (misalnya glukosa) untuk
memperoleh energi contohnya : Azotobacter, Nitrosomonas, Nitrococcus dan
Nitrobacter. Silalahi (2001), menyatakan dalam kehidupan manusia bakteri
mempunyai peranan yang menguntungkan dan merugikan pada dunia akuakultur
bakteri yang menguntungkan contohnya :Basillus spp, Nitrosomonas,
Nitrobacter bakteri tersebut berperan dalam proses dekomposisi bahan
organik dasar tambak dan berperan dalam proses nitrifikasi.
2.3 Limbah
Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga). Dampak yang ditimbulkan limbah sangat
bervariasi tergantung dari jeni slimbah , volume, jenis industri dan penggunaan
produk oleh masyarakat, limbah industri merupakan sumber utama yang menyebabkan
pencemaran air pada saat ini dan banyak fakta menunjukkan peningkatan polusi
setiap tahun terutama oleh
Negara-Negara yang maju
industrinya, tingkat pembuangan limbah domestik dan industri sangat berfariasi serta jumlah besar
yang tidak diproses lebis lanjut menyebabkan kualitas perairan menjadi tidak
stabil serta kemampuan badan air tidak mampu mengencerkan terutama limbah cair
sehingga ketersedian kuantitas yang
cukup dan kuantitas air yang memadai menjadi terancam. Regulasi yang dihasilkan limbah industri mengejar hasil dan
keuntungan yang tinggi tanpa memperhatikan kaidah-kaidah keseimbangan dan
keberlanjutan ekologi yang pada akhirnya menimbulkan
bahaya kesehatan terhadap organisme dan manusia odumosu , 1992. Ogedengbe dan akinbile,
2004. Sangodoin, 1991.
Pengelolaan air dan pembuangan limbah
industri merupakan faktor membutuhkan biaya yang signifikan dan aspek penting
dalam menjalankan sebuah industri. Limbah industri meningkatkan konsentrasi
polutan baik air maupun sedimen. Polutan pada konsentrasi yang tinggi dapat
menjadi racun bagi organime yang berbeda, efluen juga menimbulkan dampak
negatif yang besar terhadap kualitas air yang diperuntukkan untuk kepentingan
manusia, maupun organisme. Sehingga setiap efluan dianjukan untuk mentritmen
limbah terlebih dahulu agar dapat meminimalisir dampak, oleh karena itu setiap
industri yang membuang limbah tanpa melalui tritmen maka dikenakan sangsi
berupa pengenaan biaya langsung, pemantauan dan pengawasan sangat penting untuk
menjamin perlindungan sumberdaya air dan degradasi lebih lanjut. Setiap negara
mencoba membuang limbah dengan biaya rendah, sedangkan peraturan yang terapkan
oleh pemerintah di perketat. Konsumsi air di pada setiap Negara tidak hanya memperhatikan faktor ekonomi,
akan tetapi faktor pengelolaan limbah yang terkait dengan proses dan kinerja
alat sangat perperan dalam penurunan konsentrasi limbah sebelum dibuang ke
lingkungan. Selain itu, posisi industri
yang menghasilkan produk alami, menjaga citra mereka dalam memasarkan hasil
produksinya dan kebijakan pengelolaan limbah yang tepat dan sesuai dengan ketetapan
pemerintah.
2.4 Hubunagan Kualitas Air Dengan Tingkat Pertumbuhan Manusia
Lebih kurang
perempat bagian dari permukaan bumi tertutup oleh air. Dari segi ekosistem air
dapat di bedakan menjadi air tawar, asin, laut, dan air payau. Dari beberapa
air tersebut yang tersebar adalah air laut dan air payau, sisanya adalah air
tawar yang justru dibutuhkan oleh manusia dan banyak jasad hidup lainnya untuk
keperluan hidup. Air bukanlah produk
dari suatu hasil komersialisasi seperti halnya barang yang lain, namun lebih
condong disebut sebagai warisan yang harus dilindungi, dipertahankan, dan
diperlakukan dengan benar
Air
merupakan hajat hidup kita. Kita meminumnya untuk mempertahankan hidup. Kita
mencuci dengan air. Air pula adalah hal yang utama bagi pertanian dalam hal
pengairan persa-wahan, dan juga bagi peternakan. Air dalam perindustrian
digunakan selain sebagai bagian dari proses produksi juga dipakai sebagai
pendingin. Selain itu, air menyediakan habitat hidup bagi ikan dan binatang air
lainnya. Disamping itu memiliki peran psikologis yang penting dalam hal
menyediakan area rekreasi juga bagi keindahan alam. Sebagai tambahan, air
memiliki peran yang sangat penting pula dalam proses dan membuang limbah yang
berasal dari domestik atau perindustrian. Pembua-ngan limbah padat atau cair ke
perairan dapat menimbulkan pencemaran air. Pencemaran air dapat muncul dalam
berbagai macam cara. Bahan-bahan seperti limbah kotoran domestik, bahan kimia,
deterjen adalah pencemaran yang umum dibuang ke perairan apakah itu disengaja
atau tidak disengaja.. Perta-nian juga salah satu penyebab utama dalam
pencemaran air dalam hal penggunaan pestisida atau pupuk yang berbahan kimia,
disamping limbah industri, yaitu sisa produksi yang ber-bentuk zat cair yang
dibuang melalui pipa-pipa perusahaan ke saluran air umum. Akibat pencemaran air
pada saluran air ini dapat menyebabkan kerusakan atau timbul penyakit
bagi binatang serta tetumbuhan air, termasuk manusia.
Air
merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di
muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan
seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi
malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh
manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan
industri, untuk kebersihansanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian
dan lain sebagainya.
Menurut
O-fish(2010), kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kagiatan atau keperluan tertentu. Dewasa ini, air
menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air
yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang
mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari
berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah
mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu
memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Jadi,
hubungan antara kualitas air dan tingkat pertumbuhan manusia adalah semakin banyak
lingkungan perairan yang baik kualitasnya, maka banyak manusia yang
mengkonsumsi air tersebut sehingga air dengan kualitas yang baik yang diminum
dapat menjaga kesehatan tubuh yang seceara otomatis juga meningkatnya
pertumbuhan manusia, begitu pula sebalikanya semakin buruk kualitas suatu
perairan yang diakibatkan oleh pencemaran, maka banyak manusia yang secara
tidak langsung mengkonsumsinya berdampak pada tubuhnya dan bisa menimbulkan
kematian. Kualitas air pada perairan juga berdampak pada organisme yang ada di
perairan tersebut, air yang sudah tercemar oleh zat beracun pada tubuh ikan
dan secara tidak lansgung, ikan
yang dikonsumsi oleh manusia dan akan
berdampak pada tubuhnya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Manajemen kualitas air adalah Suatu usaha untuk
menjaga kondisi air tetap dalam kondisi baik untuk budidaya ikan dengan
memperhatikan faktor fisik, kimia dan biologinya.
2. Parameter yang berperan dalam kualitas pada perairan
yaitu, pada fisika meliputi : Suhu, Cahaya, Kecerahan, Warna air, Kekeruhan,
Padatan tersuspensi, Kimia meliputi : pH, DO (oksigen terlarut), amonia, CO2
dan Nitrogen, dan Biologi
meliputi : Plankton dan
bakteri
3. Identifikasi kualitas air dengan melakukan pengukuran dan analisis
kualitas air dapat dilakukan dengan pemahaman yang baik pada konsep dasar
fisika tentang resistivitas dan konduktivitas, serta konsep dasar kimia tentang
larutan asam, basa, garam, larutan buffer, dan hidrolisis garam
4. BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu
berbagai air limbah industri selain beberapa parameter kunci lainnya.
5. Peran kualitas air sangat penting dalam mendukung
kehidupan di muka bumi, semua mahluk hidup sangat tergantung terhadap air ,
Kualitas dan Kuantitas Air.
3.2 Saran
Air merupakan salah satu komponen terpenting di muka bumi ini, sudah
seharusnya kita sebagai makhluk hidup untuk menjaga kebersihan dan kualitas
pada perairan demi kepentingan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Fillaudeau
L., Blanpain A. P,, Daufin., 2006. Water, Wastewater and Waste Management
in Brewing Industries.
Journal of Cleaner Production,Vol 14. ISSN
463-471.
Salmin.,
2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk
Menentukan Kualitas
Perairan. Oseana,
Volume
XXX, Nomor 3,2005:21-26. ISSN
0216 1877.
Effendi,
H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi
Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan.
Kanisius. Yogyakarta.
Huda.
2009. Hubungan Antara Total Suspended
Solid
dengan turbidity dan dissolved
oxygen.
http://thorik.staff.uii.ac.id. Dikases pada tanggal 20 Maret 2013.
Idris,
M. 2013. Diktat Kuliah Manajemen
Kualitas Air. Jurusan Perikana, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Haluoleo. Kendari.
Referensi :